Rabu, 07 Oktober 2015

MAKALAH WAWASAN SENI STKIP PGRI TULUNGAGUNG



MAKALAH 
PENDIDIKAN SENI RUPA

 

Dosen Pembimbing : Muhammad Reyhan Florean, M.Pd.
Kelompok                    : 2
Prodi - Kelas                : 3 - A
Nama Anggota                 :
1. Mei Agustina Sintawati           14186206005
2. Siti Shofiyah                           14186206006
3. Nurul Azizah                           14186206007
4. Titin Anjar Rahmawati           14186206010
5. Marta Liya Purwaningsih                  14186206267

STKIP PGRI TULUNGAGUNG
PRODI PGSD
KATA PENGATAR


            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul wawasan seni mengenai Nilai Estetis dan Dorongan berkarya seni rupa dan periode seni untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Seni Rupa.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman yang kami miliki masih kurang, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
            Harapan kami semoga makalah ini dapat di manfaatkan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih terhadap semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.


Tulungagung,   Oktober  2015


                                                                                            Penyusun






DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................  2
Daftar isi.........................................................................................................            3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang......................................................................................... 4
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3  Tujuan...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Nilai Estetis .........................................................................   6
2.2  Dorongan Berkarya Seni dan Perode Seni…….................................  9
2.2.1                  Sejarah Berkarya Seni …….................................................   9
2.2.2                  Periode Seni  ………………….............................................10
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan.............................................................................................. 22
Daftar Pustaka............................................................................................... 23







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam penyampaiannya. Unsur media rupa ini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain. Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi.
Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik.  Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain interior-eksterior. Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara. Seni rupa Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi  Zaman Batu, Zaman Klasik, dan Zaman Indonesia Baru.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

1.2   Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan nilai Estetis seni ?
2.      Bagaimana dorongan berkarya seni dan periode seni ?


1.3  Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui pengertian dari nilai estetis seni
2.      Dapat mengetahui dorongan berkarya seni
3.      Dapat mengetahui periode seni


















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Nilai Estetis

Menurut Etimiligi, Estetika berasal dari bahasa Yunani, αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Estetika terdiri dari tiga hal, yaitu:
1.      Studi mengenai fenomena estetis. Studi mengenai fenomena perseps
2.      Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis
3.      Penilaian keindahan
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut memengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya pada masa romantisme di Perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan memadukan warna dan ruang serta kemampuan mengabstraksi benda. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan, dan kesatuan. Sementara aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan.Keindahan seharusnya memenuhi banyak aspek-aspek jasmani dan aspak rohani. Artikel nilai estetika dan filosofi moral dalam membangun rumah.Nilai Moral, Estetika dan Filosofi dalam Membangun Sebuah Rumah
Membangun sebuah rumah memerlukan perencanaan yang matang dan baik. Oleh karena itu seseorang tidak dituntut untuk dapat membangun rumah saja, namun juga dituntut untuk dapat mengutamakan berbagai nilai yang ada dalam proses membangun rumah. Seseorang yang membangun rumah berarti dia mempunyai sebuah tanggung jawab untuk lingkungannya, demikian juga dengan membawa beberapa unsur yang lainnya seperti unsur estetika dan unsur filosofi.
Sebuah bangunan yang indah tidak hanya mengedepankan nilau estetika saja, tapi juga memiliki nilai moral bagaimana sebuah bangunan juga sesuai dengan kebudayaan yang bekembang di masyarakat tersebut. Begitu pula dengan nilai estetika dari sebuah rumah, sebuah rumah yang baik tidak mengesampingkan estetika, estetika berarti keindahan. Keindahan dalam membangun rumah juga penting dan layak untuk diwujudkan secara nyata. Unsur filosofi biasanya berkaitan dengan adanya intervensi budaya pada sebuah bangunan, aplikasi seperti adanya simbol, ornamen, dan desain tertentu pada sebuah rumah sangat erat kaitannya dengan budaya yang mewakili rumah tersebut. Seperti penjelasan dibawah ini:
1.         Arsitektur dan Membangun Rumah
Pada sebuah bangunan seseorang dituntut untuk mewujudkan dengan memenuhi kaidah-kaidah arsitektur. Lalu apakah sebenarnya arsitektur itu sendiri? Arsitektur adalah proses perencanaan dan pemikiran yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk mewujudkan sebuah bangunan, ataupu rumah tinggal.Arsitektur berada pada seni dan teknologi yang daling melengkapi satu dengan yang lainnya sehingga kita menyadari bahwa arsitektur tidak akan pernah lepas dari unsur seni yang ada.
2.         Nilai Estetika
Dalam membincangkan apa itu estetika kita tidak akan pernah lepas dari perbincangan tentang budaya. Ibarat sebuah nyawa, estetika adalah nyawa dari sebuah karya, dalam hal ini adalah karya arsitektur yang menjadi fokus perbincangan. Pada perkembangan lanjut tentang estetikan, kita akan banya membicarakan bgaimana masyarakat menilai sebuah estetika itu sendiri.Nilai keindahan sebenarnya tidak memiliki ukuran tertentu dan bebas dari segala rumusan. Namun pada sebuah bangunan wujud estetika akan tampak pada kehormonian yang teraplikasikan dalam berbagai desain dan gaya. Adanya beberapa aspek seperti keindahan dalam membingkai harmoni dan proporsi, kesenangan pada adanya korelasi yang positif tentang arti efisiensi dan kenyamanan, kesukaan atau delight yang menonjolkan pada aspek selera. Unsur seni dan estetika pada sebuah bangunan tidak hanya akan terlihat pada ornamen dan ragam hias yang terpasang namun juga pada desain yang ada pada bangunan tersebut. Estetika akan semakin berkembang dan berevolusi sesuai dengan permintaan dan tren yang ada di masyarakat. Hal inilah yang membuat banyak desain arsitektur berkembang dan berproses sesuai dengan zamannya. Seringkali sebuah desain rumah akan digemari pada suatu zaman namun pada suatu ketika akan ditinggalkan.
3.         Nilai Filosofi
Sebuah rumah adalah aplikasi dari unsur-unsur filosofi yang dianut oleh seseorang dan diaplikasikan dalam sebuah ornamen, ragam hias, ataupun desain. Rumah tradisional biasanya kental oleh unsur filosofi. Rumah tradisional kaya akan unsur ornamen dan ragam hias serta desain yang memiliki simbol-simbol tertentu. Beragam ornamen hias akan mewakili unsur filosofi tertentu dari beragam kebudayaan. Seperti ukiran yang terpahat di dinding, dan ornament yang terpampang pada desain rumah. Beragam ornament ini terkadang mewakili sebuah legenda, cerita, dan hal-hal yang banyak mengandung makna filosofi lainnya.Menurut kamus itu selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya. Tentang nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai objektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik

2.2  DORONGAN BERKARYA SENI DAN PERIODE SENI

2.2.1        SEJARAH BERKARYA SENI
Dorongan Berkarya Seni Seni prasejarah yang dihasilkan oleh manusia (homo sapiens)pertama, dengan nyata telah memperlihatkan berbagai keunikan. Karya yang dibuat lebih banyak dimaksudkan bagi keperluan hidup sehari-hari, untuk membantu tubuh dalam menghadapi tantangan alam.Bila kita meneliti artifak peninggalan manusia prasejarah dapat dipastikan bahwa kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme sudah ada pada saat itu. Kepercayaan tersebut menjadi tenaga pendorong untuk berkarya, dan kita sering mengatakan bahwa karya itu berlatarbelakang magis dan religius. Namun tidak sedikit pula karya seni, khususnya seni rupa, yang dilatarbelakangi kepentingan praktis dan estetis saja.
Benda-benda peninggalan seni prasejarah yang dapat kita catatkan di antaranya:
1.      Lukisan gua (cave painting) banyak ditemukan di Eropa dan di Indonesia dengan berbagai gaya dan bentuk, dengan latar belakang magis.
2.      Bejana keramik (gerabah) dengan berbagai motif hias yang menarik untuk kepentingan praktis.
3.      Genderang perunggu untuk kepentingan upacara religi yang dihiasi motif stilasi makhluk hidup dan motif geometris yang artistik.
4.      Hiasan-hiasan tubuh (manik-manik), senjata, serta perlengkapan upacara, termasuk patung-patung kecil dari batu atau logam.
Selain contoh karya yang dituliskan tersebut masih banyak karya seni prasejarah yang lain, baik yang dihasilkan pada zaman paleolitikum, messolitikum, megalitikum, neolitikum, maupun zaman logam. Perlu dicatat juga bahwa karya yang memiliki nilai artistik yang tinggi, terutama pada benda- benda yang tiga dimensional, dihasilkan sejak zaman neolitikum dan zaman logam. Berdasarkan penelitian, dorongan berkarya seni pada dasarnya meliputi:
1. Dorongan magis dan religius (keagamaan).
2. Dorongan untuk bermain.
3. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan praktis (sehari-hari).
Sejak zaman prasejarah ketiga dorongan tersebut telah menjadi titik tolak kelahiran karya seni, dan akan menjadi dasar dalam penciptaan dan pengembangan karya seni. Pada zaman sekarang, seniman berkarya seni didasari berbagai dorongan berdasarkan misi dan visinya.
2.2.2         PERIODE SENI
Seni menurut Popo Iskandar adalah karya cipta manusia yang bersifat kreatif dan memiliki nilai seni yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Seni memiliki beberapa cabang, antara lain seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni teater. Pada materi berikut ini yang kita pelajari adalah cabang seni rupa. Seni rupa di wilayah Nusantara  sudah ada sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya hasil karya seni rupa, baik berupa lukisan di dinding-dinding gua maupun benda-benda yang digunakan untuk meramu. Hasil seni rupa pada zaman tersebut diperkiraan sebagai sarana untuk melakukan ritual tertentu.
Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam penyampaiannya. Unsur media rupa ini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain. Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi. Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik.  Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain interior-eksterior. Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara. Seni rupa Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi  Zaman Batu, Zaman Klasik, dan Zaman Indonesia Baru.

1.  ZAMAN BATU

a.  Zaman Batu Tua (paleolithikum)

Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu kasar, berupa kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka warna yang berfungsi untuk mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone culture). Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan di gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia. Di Papua objek lukisannya berupa binatang terdapat cipratan darahyang dicampur dengan lemak.
 






 Lukisan dinding gua              Serpihan batu                          Bone Culture
Lascaux                                   Palaelithikum

b.  Zaman Batu Tengah (mezolithikum)
Pada zaman ini kehidupan nenek moyang kita sudah mulai maju dan berkembang. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat-alat dari tanduk rusa. Nenek moyang kita pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. hal ini dibuktikan dengan diketemukan tumpukan kulit kerang setinggi tujuh meter di pantai  timur Sumatra dan juga sudah diketemukan pecahan tembikar dari tanah liat.

Kapak batu                                                      Peninggalan mezolithikum

c.  Zaman Batu Muda (neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap. Dalam mencari mata pencaharian mereka sudah mulai bercocok tanam. Pada periode ini telah ditemukan kapak lonjong dan persegi. Kapak persegi (ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan lereng Gunung Ijen) diperkirakan untuk bercocok tanam, memahat dan untuk memotong kayu. Sedangkan kapak lonjong (ditemukan di Papua, Minahasa, Serawak dan Kepulauan Tanimbar) bentuknya bulat memanjang dengan bagian ujung lancip dan tajam. Pada zaman ini juga sudah diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motif hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu.

Kapak lonjong                                 Gerabah peninggalan masa neolithikum

  d.  Zaman Batu Besar (megalithikum)

Zaman Batu Besar ditandai dengan adanya peninggalan monumen-monumen batu sebagai upacara keagamaan yang dianut masyarakat pada saat itu. Peninggalan tersebut berupa dolmen ( sejenis meja dari batu berukuran besar berfungsi untuk meletakkan sesaji di atasnya dan juga sebagai tanda bahwa di bawahnya ada kuburannya), menhir (bangunan yang menyerupai tugu sebagai tanda bersemayamnya roh-roh dan kekuatan gaib), kuburan batu, sarcophagus (peti dari batu untuk menyimpan orang mati), punden berundak (batu yang disusun berundak menyerupai candi) dan arca batu.

Dolmen Ballykel                                                         Menhir

Sarchopagus                                        Punden berundak












2. ZAMAN LOGAM
Zaman ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-Cina ke Indonesia sekitar 500 SM. Peninggalan pada zaman logam berupa kapak perunggu, genderang perunggu, benda hias dari perunggu.

Kapak corong dari logam                                Nekara

3. ZAMAN KLASIK
Zaman klasik adalah merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pada zaman ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam. Periode Hindu-Budha merupakan pelajaran sangat berharga untuk perkembangan seni rupa Nusantara. Hasil seni yang sangat menonjol adalah peninggalan candi-candi di wilayah Nusantara, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan dan candi-candi lainnya. Masyarakat lokal dapat belajar seni rupa ke sekolah pendidikan formal di luar negeri. Periode Islam banyak meninggalkan seni bangunan seperti masjid dan makam, bangunan keraton, kaligrafi, dan ragam hias bercirikan khas Islam.

Candi Pringapus                                              Candi Prambanan

3.     ZAMAN INDONESIA BARU
Pada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat. Pada masa ini seni rupa dikelompokkan menjadi :

a.   Masa Perintisan

Masa Perintisan adalah masanya Raden Saleh yang merupakan juru gambar Belanda. Karya Raden Saleh antara lain : Antara Hidup dan Mati (pertarungan antara seekor banteng dan dua ekor singa), Penangkapan Diponegoro, Perkelahian dengan Binatang Buas, Perburuan, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, Merapi yang Meletus.

Perkelahian dengan Singa karya                    Penangkapan Diponegoro         karya         Raden Saleh                                 Raden Saleh                           
b.   Masa Mooy Indie
Masa Raden Saleh mengalami kekosongan muncul pelukis Abdullah Suryosubroto keturunan bangsawan Solo. Sekolah di Akademi Kesenian di Eropa kemudian mengembangkan lukisannya di Indonesia dengan gaya yang berbeda. Gaya Abdullah Suryosubroto menekankan keelokan dan suasana keindahan alam di Indonesia. Jadi objek lukisannya adalah pemandangan alam yang indah dan wanita-wanita cantik. Kemudian pada masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita (Mooy Indie). Pelukis lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki Abdullah dan Wahdi.
Gadis cantik karya
Basuki Abdullah                     Rara Kidul        Lukisan pemandangan alam
c.   Masa Cita Indonesia
Perbedaan kenyataan antara keindahan yang dibuat oleh Abdullah Suryosubroto dengan kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan menderita, pelukis S. Sudjoyono mempelopori lukisan yang bertolak belakang dengan Mooy Indie. Kemudian mendirikan perkumpulan ahli gambar Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus Jayasuminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S. Sudiarjo, dan lainnya. Karya S. Sudjoyono antara lain Di Depan Kelambu Terbuka, Sayang Saya Bukan Anjing, Jongkatan, Cap Go Meh, Mainan Anak-anak Sunter, Bunga Kamboja dan Nyekar.
Di depan kelambu terbuka karya S.Soedjojono
d.   Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini pelukis dari golongan rakyat biasa sudah mulai banyak bermunculan, seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung.
Penari Ronggeng karya Hendra Gunawan
e.   Masa Kemerdekaan
Pada masa ini Affandi mendirikan perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM). Anggotanya Affandi, Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo. Setelah keluar dari SIM Affandi dan Hendra Gunawan mendirikan Peloekis Rakyat yang beranggotakan Kusnadi, Sudarso, Sasongko, Trubus.
Karya Affandi






f.    Masa Seni Rupa Baru
Pada  masa ini para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam penggarapannya. Para seniman muda ini berusaha menciptakan sesuatu yang baru yang tidak tergantung pada suatu media tertentu, tetapi sudah menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah diungkapkan lewat lukisannya.

Lukisan abstrak                 Lukisan abstrak           Sosok Ibu Pertiwi










BAB III
PENUTUP

3.1                         Kesimpulan
Estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.Dorongan berkarya seni pada dasarnya meliputi:
1. Dorongan magis dan religius (keagamaan).
2. Dorongan untuk bermain.
3. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan praktis (sehari-hari).
Sejak zaman prasejarah ketiga dorongan tersebut telah menjadi titik tolak kelahiran karya seni, dan akan menjadi dasar dalam penciptaan dan pengembangan karya seni. Pada zaman sekarang, seniman berkarya seni didasari berbagai dorongan berdasarkan misi dan visinya.
Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam penyampaiannya. Unsur media rupa ini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain. Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara. Seni rupa Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi  Zaman Batu, Zaman Klasik, dan Zaman Indonesia Baru.
1.  ZAMAN BATU
2. ZAMAN LOGAM
3. ZAMAN KLASIK
4.  ZAMAN INDONESIA BARU

DAFTAR PUSTAKA



-          googleweblight.com/?lite_url=http://iffadewi017.blogspot.co.id/2012/07/seni-rupa-zaman-prasejarah-dan-hindu-di.html%3Fm%3D1&lc=id-
-          https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perdiode_senirupa_modern_Indonesia
-          http://psrpgsdstkippgritulungsgung.blogspot.co.id/2015/09/pendidikan-seni-rupa-dan-kerajinan-pgsd.html?m=1

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar